Nurani Ruhani: Mei 2010

Rabu, 26 Mei 2010

Kau buka lagi halaman itu...

Sungguh aku terkejut saat ia berbagi tentang mimpi yang dialaminya padaku. Sebenarnya aku memahami mengapa mimpi-mimpi itu bisa terjadi. Mengapa bisa terjadi rangkaian seperti itu. Maafkan aku ya sobat jika mimpi-mimpi itu mengganggumu, tak dipungkiri reaktor-reaktor pemicu mimpi itu berasal dariku. Apa yang kau lihat kau dengar dan kau rasa akan masuk dan tertanam kuat dalam alam bawah sadarmu. Memang semuanya, apapun itu bisa terjadi atas kehendakNya. Tapi tak usah lah kita terus memperpanjang, terus menerus memikirkan sebuah bunga tidur. Hanya akan menambah beban kita yang memang sudah berat. Percayalah semuanya hanya berasal dari pikiran-pikiranmu saja, bukanlah sebuah realita.

Entah mengapa berawal dari mimpi-mimpinya bisa berlanjut membahas hal lain yang menurutku...membuatku teringat kembali situasi saat 6 bulan silam. Aku tau itu sebuah bagian realita dari kisahku dan aku tidak tau mengapa ia membuka kembali halaman itu. Sedih memang mengingat itu, tapi toh aku sudah bisa menerima dan mensyukuri peristiwa itu. Telah aku maafkan para pelakunya, telah aku ambil hikmahnya, dan tetap aku do’akan pula para pelakunya.

Benar-benar membuatku kembali menelusuri jejakku di kala itu. Berjalan tak tentu arah dan tujuan menelusuri malam, ditemani hujan deras yang tak kunjung reda. Mungkin langit pun sedang berempati padaku. Dan entah mengapa setelah sekian lama, butir-butir itu selalu siap untuk meluncur. Begitu juga malam ini, namun bukanlah sebuah kesedihan yang berlarut-larut. Kali ini ada butir-butir haru, yang makin membuatku sadar bahwa rasa sayang itu ada untukku. Kalian peduli padaku....


Kepergiannya

Bergegas aku berangkat untuk melepas kepergian salah seorang sahabat terbaikku. Kulaju sepeda motorku dengan harapan sempat bertemu sebelum ia benar-benar meninggalkan kota Jogja yang penuh kenangan ini. Akhirnya sampailah aku di Bandara tempatnya akan berangkat, aku sudah was-was jangan-jangan aku terlambat. Tapi ternyata tidak, aku masih dipertemukan sebelum ia benar-benar pergi...Ahh lega...

Kaget memang ketika mendengar kabar bahwa sahabatku itu akan dipindah tugaskan. Sedih, binggung, tidak percaya, campur aduk semua. Kenapa secepat ini? Kebersamaan yang belum lama terjalin antara kita semua, terlalu cepat untuk diakhiri. Dan aku belum siap, dan mungkin tak hanya aku saja. Teringat saat melewati moment-moment bersama, dalam tangis ataupun tawa. Tak tau kapan akan terulang lagi moment bersama itu. Aku menganggap dia dan kita semua sudah seperti sebuah keluarga, apapun kekurangan yang dimiliki bisa sama-sama diterima. Tak terkecuali apapun keluh dan kesah ku juga dengan setia dia mendengarkannya, kapanpun aku membutuhkannya dia selalu siap membantu. Dia salah satu sahabat yang telah aku percayai. Bagiku dia lebih hebat dari para S.Psi.

Walau ku akui terkadang memang aku nggak peduli dengan dia, aku terlalu egois dan hanya mementingkan diriku saja. Terlalu sibuk dengan diriku sendiri dan segala permasalahanku. Aku tak pernah tau bagaimana dengan perasaannya, bahwa sebenarnya ia juga membutuhkan bantuan dari sahabat-sahabatnya. Candaan-candaannya yang selalu menyambut dan menghibur seolah mengindikasikan dia selalu baik-baik saja. Namun candaan yang terlalu berlebihan membuatku jengkel juga sih..

Baru terasa sekarang , saat dia sudah jauh, saat sahabatku sudah jauh, dan juga saat teman-teman yang lain mulai jauh. Ketika semua sudah sulit terjangkau seperti ini aku merasakan betapa kalian sungguh berarti. Aku yakin persahabatan yang tulus ini akan tetap abadi.

Semua candamu takkan pernah hilang