Nurani Ruhani: Sore Itu

Selasa, 03 Agustus 2010

Sore Itu

Saat hatiku sedang gundah gulana, karena tak tahu harus mencari adikku kemana.

Ya..dia kabur. (Dan aku mencium adanya persekongkolan dengan teman dekatnya)

Setelah mengubek-ubek isi sekolah dan menunggu sampai Maghrib hampir tiba, tak kulihat batang hidungnya. Kuputuskan untuk pulang saja…,toh nanti pasti juga bakalan pulang sendiri. Tapi dalam hati ini masih dongkol, ingin rasanya memaki-maki. Tapi tak kulakukan itu, maka pulanglah aku menerjang rintik-rintik hujan sambil berharap dinginnya hujan akan mendinginkan hatiku.

Sampai di sebuah perempatan lampu merah akupun berhenti (karena lampu menyala merah), di sebuah trotoar aku melihat seorang anak jalanan yang sedang menangis, tapi tangisnya seakan-akan dibuat-buatnya. Hatiku iba melihat anak berumur 5 tahun dalam hujan menangis sendirian di tepi trotoar. Dari ujung rambut hingga ujung kakinya telah basah oleh air hujan, tiba-tiba di sebelahku dua orang mbak-mbak pengendara yang juga sedang berhenti berteriak-teriak menyuruh agar anak itu berteduh. Namun anak itu tetap diposisinya bahkan sekarang makin memperkeras tangisannya (tangisan yang dibuat-buat) beberapa kali mbak-mbak menyuruhnya berteduh namun si anak tak sesenti pun bergeser dari tempatnya. Dan aku hanya menjadi penonton saja, ingin juga rasanya menyuruh agar anak tersebut berteduh. Tapi aku hanya memandanginya dengan iba. Aku berpikir bagaimana jika anak itu sakit? Siapa yang merawatnya? Siapa yang peduli padanya? Berbagai pertanyaan datang dalam benakku tentang nasib anak itu, namun tak ada jawaban, tak ada yang menjawab, dan memang tak pernah ada pertanyaan yang terlontar.

0 komentar: