Nurani Ruhani: Sang Pemimpi

Selasa, 22 Desember 2009

Sang Pemimpi







“Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi kita”

Itulah sepenggal dialog dalam “Sang Pemimpi”. Sebuah film hasil adaptasi tetralogi novel Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Sang pemimpi punya kesan tersendiri buatku, tak hanya filmnya yang sarat makna tapi juga novelnya punya arti tersendiri buatku. Novel Sang Pemimpilah salah satu yang menjadi motivasiku untuk menyelesaikan skripsiku. Ternyata film-nya tak kalah dengan novelnya, bahkan lebih memikat menurutku. Banyak pelajaran yang kudapat dalam film tersebut, mulai dari semangat untuk punya mimpi-mimpi dan meraihnya, hubungan seorang anak dengan orang tua, hubungan guru dengan murid, ketulusan seorang sahabat, cinta dan kesetiaan, ketulusan membantu orang yang membutuhkan, kesenjangan sosial, bahkan sampai toleransi beragama. Semuanya mengajarkan kepada kita tentang makna hidup dan kehidupan.

Begitu menyentuh, usai menonton film itu. Karena beberapa bagian mengingatkanku pada diriku sendiri, membuatku kembali berpikir betapa aku selama ini hidupku tak ada apa-apanya.

Ikal

Bagi Ikal ayahnya adalah ayah juara satu di dunia. Bagiku ayahku juga ayah juara satu di jagad raya. Melihat figur ayah ikal, aku jadi teringat dengan ayahku. Kisah ikal dengan ayahnya juga tak jauh beda dengan kisahku dan ayahku. Sama seperti ayah ikal, ayahku jarang bicara, ayahku tidak pernah sekalipun memarahi walaupun aku mengecewakannya. Ayahku selalu tulus dalam memberikan segalanya, tak hanya materi tetapi juga moriil. Tak harus banyak bicara tetapi menunjukkan dalam perbuatan sehingga menjadi panutan bagiku. Pernah waktu SMA nilaiku merosot tajam, dari yang awalnya selalu masuk 10 besar, tiba-tiba menjadi 10 besar dari bawah. Betapa malunya aku waktu itu, tetapi orang tuaku tak memarahiku tak juga menghukumku. Aku tau mereka kecewa, sehingga aku menjadi terpacu untuk berusaha lebih baik lagi. Ketika melihat betapa susahnya Ikal untuk mewujudkan mimpinya melanjutkan kuliah S2 aku menjadi sadar, aku ini tanpa harus bermimpi, bersusah payah bekerja mengumpulkan uang dan mengejar beasiswa sudah dengan mudahnya meneruskan S2. Orang tuaku telah memberikan dan memfasilitasi semuanya dari hasil keringatnya. Aku akan menanamkan dalam diriku, aku harus semangat untuk menjalani kuliah S2 ku setelah sebelumnya aku hampir terpuruk dan kehilangan semangat. Kalaupun bukan untukku, aku lakukan untuk orang tuaku. Aku tak mau mengecewakan mereka.

Arai

Tak habis pikir aku dengan sosok Arai, aku telah terpikat. Seorang anak sebatang kara yang selalu optimis untuk bermimpi karena dia yakin Tuhan akan memeluk mimpi-mimpinya. Ujarnya pada Ikal “orang seperti kita tak punya apa-apa kecuali semangat dan mimpi-mimpi, tanpa mimpi orang seperti kita akan mati..”. Dialah yang selalu memberi motivasi kepada Ikal, sahabat sekaligus sepupu jauhnya. Bahkan ketika dirinya sedang ditimpa kemalangan karena kedua orang tuanya telah tiada, malah dia yang menghibur Ikal. Itulah Arai selalu punya cara untuk membuat orang lain bahagia, seperti membantu mak cik Maryamah serta membantu mewujudkan mimpi Jimbron mempertemukannya dengan kuda. Dia rela bekerja di peternakan kuda tanpa digaji hanya untuk bisa membawa kuda ke hadapan jimbron. Ada satu hal yang membuatku salut pada Arai, bertahun-tahun dia pantang menyerah dan putus asa ketika cintanya tak dihiraukan oleh wanita pujaannya “Zakiah Nurmala”. Apapun dia lakukan untuk dapat meraih hati wanita pujaannya itu, bahkan dia rela berlatih habis-habisan untuk bisa mendendangkan lagu “Fatwa Pujangga”. Amboyyyy.....

T'lah kuterima suratmu nan lalu
Penuh sanjungan kata merayu
Syair dan pantun tersusun indah, sayang
Bagaikan madah fatwa pujangga

Kan kusimpan suratmu nan itu
Bak pusaka yang amat bermutu
Walau kita tak lagi bersua, sayang
Cukup sudah cintamu setia

Tapi sayang sayang sayang
Seribu kali sayang
Ke manakah risalahku
Nak kualamatkan

Terimalah jawabanku ini
Hanyalah doa restu Ilahi
Moga lah Bang/Dik kau tak putus asa, sayang
Pasti kelak kita kan bersua

Dalam senyum Arai aku melihat semangat, ketulusan, dan juga kesetiaan....
Andai sosok Arai ada dan nyata dalam hidupku (mimpi kali yee..., ah kata Arai kita harus punya mimpi kok...:D)


Jimbron

Ahh..Jimbron seorang yang obsesif kompulsif pada kuda. Dialah yang mengajarkanku makna ketulusan dalam persahabatan. Aku tak menyangka ketika dia memberikan celengan kudanya pada Ikal dan Arai, celengan yang selalu dia idam-idamkan dan berisi uang hasil kerja kerasnya selama bertahun-tahun. Celengan kuda itulah nantinya ikut mengantarkan Ikal dan Arai ke Altar Université de Paris Sorbonne Paris. Aku menjadi bertanya-tanya, apakah aku sudah menjadi sahabat yang baik buat sahabat-sahabatku? Apakah aku bisa seperti Jimbron dengan ketulusannya? Benar-benar tulus tanpa mengharap apa-apa. Makin menyentuh saat menonton film Sang Pemimpi karena aku menontonnya bersama sahabat-sahabatku.

Sahabat,tak hanya untuk berbagi tawa tapi juga berbagi tangis.

2 komentar:

PipiT mengatakan...

wah.. udah nulis sang pemimpi dia! kalah aku. hehee..
that`s what friends are for..
untuk semua cerita, tawa, tangis, sedih, bahagia, dll..

film Indonesia adaptasi terbaik nih pendapatku. gak nolak aku kalo ada yang ngajak nonton lagi. eh, tapi kayaknya kemaren aku lupa deh bayar tiketnya ke moelent. hehee.. :p

goresan hati mengatakan...

ya iyalah..mumpung ada inspirasi hehehehe...
aku juga gak nolak kok kalo ada yang ngajakin nonton lagi..nyok..kapan?asal jangan sabtu minggu aja

for..semua yang ada disekelilingku..terutama untuk sahabat-sahabatku Muachhhhh....